Thursday, August 17, 2006

Presiden Juga Manusia Biasa

Tidak ada yang salah dengan gambar besutan fotografer Dudi Anung Anindito dan Abror Rizki, dua juru foto pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Pada deretan foto yang terpampang di sky walk Pondok Indah Mall, foto-foto keduanya diambil dengan tajam, angle yang menarik,dan pencahayaan yang sempurna. Saya bukan ahlinya menilai karya fotografi, tapi setidaknya saya cukup paham mana foto-foto yang diambil dari sudut yang unik, momen yang spesial, dan mana foto-foto standar yang biasa-biasa saja..

Hanya saja,160 foto itu tidak membuat saya terkejut maupun terkesima. Judul pameran "Presiden juga manusia biasa" tampak betul-betul tidak mengena. Menteri Jero Wacik berujar, foto-foto tersebut menampilkan keseharian presiden sebagai manusia biasa, dan ingin menonjolkan bagaimana begitu membanggakan memiliki pemimpin yang tampil di forum dunia, sejajar dengan pemimpin negara lain, yang begitu gagah, ganteng, cerdas, merakyat, dan selalu terjun ke bawah.


Jika hanya ingin mengekploitasi kegagahan SBY, saya bisa maklum. Tetapi, jika ingin menunjukkan sisi lain -yang mereka sebut dengan sisi manusia biasa- tampaknya gagal. Manusia biasa adalah manusia yang bisa terlihat sedih, lelah, luar biasa bahagia, dan melakukan hal-hal kecil yang dilakukan manusia pada umumnya.

Namun,foto-foto yang ada justru jauh dari kesan candid. Seperti sudah diatur. Terkesan resmi dan tidak lepas. Konon, foto-foto itu dipilih sendiri oleh SBY dari 500 foto yang diajukan. Jadi, mungkin bukan sang juru foto pribadi yang tidak memiliki momen foto yang unik, melainkan selera sang pemilih yang tidak lepas dari kepentingan pencitraan dirinya.

Sederhana saja, ketika mendengar kalimat "Presiden juga manusia biasa", saya berharap akan melihat pemimpin negara ini dari sudut yang lebih humanis. Sisi dimana ia betul-betul meninggalkan atribut sebagai kepala negara. Bisa dari segi ekspresi, kostum, lokasi.. apa saja..

Misalnya, saat SBY tertawa lepas dan bersorak gembira ketika tim unggulannya menang Piala Dunia. Atau, saat air mata kebahagiaan meluncur, saat dirinya harus melepaskan sang putra pertama menuju pelaminan. Atau, saat matanya menunjukkan kesedihan mendalam begitu pertama kali mendengar Aceh diterjang tsunami. Atau, peluh keringat saat dirinya berolah raga. Bisa juga, foto yang menampilkan dirinya asyik bersarung sambil membaca buku di beranda belakang.

Bukan foto dirinya berpidato di ajang pentas dunia, yang merekam gerakan tangannya yang khas. Bukan senyuman dan mata memandang ke kamera saat ia hendak bercukur dan ke dokter gigi. Bukan dirinya dengan jas maupun pakaian resmi. Bukan ketika dia berfoto bersama para pemimpin Asean.Bukan foto-foto yang sudah seringkali terpampang di media cetak.

Harapan saya, melalui tema foto manusia biasa, SBY Bisa terlihat begitu menginspirasi, dapat mengundang senyum maupun decak kagum. Foto-foto yang membuat saya tidak bosan-bosan memandangnya. Yang jelas saya kecewa dengan pemilihan foto yang jauh sekali dari tema manusia biasa.

Tak heran, satu-satunya foto yang bisa saya nikmati dan membuat saya berdecak kagum adalah foto sekumpulan para menteri yang tengah tertawa lepas dalam sebuah tenda, ada Purnomo Yusgiantoro, ada Alwi Sihab dan beberapa menteri lainnya. Yup! lengkap dengan kaos oblong, sarung kotak-kotak, wajah kucel, dan satu sachet autan di tangan....