Sunday, February 25, 2007

Kelak..

Nak,kelak kita akan belajar bersama...

Engkau akan belajar, mengenal berbagai hal baru yang pertama kali engkau lihat dengan matamu yang binar, dan aku, ibumu, juga akan belajar meminggirkan semua lelah demi menjawab dengan baik semua tanyamu mengenai isi bumi ini

Engkau akan belajar, bagaimana berjalan di atas dua kakimu, tertatih, jatuh, dan bangun lagi.. yang sesungguhnya mengajarkan padamu, untuk tidak pernah menyerah dalam menggapai apapun yang engkau inginkan di dunia ini. Dan aku, ibumu, juga akan belajar untuk meluangkan waktu di tengah-tengah pekerjaan yang menghimpit waktuku, untuk bermain bersama agar engkau lebih sering tertawa

Engkau akan belajar mengenal huruf dan angka. Melafalkannya menjadi bacaan, menuliskannya dalam cerita dan kisah indah. Kata teman ibu, itulah nanti caramu menyerap energi dunia. Dan aku, ibumu akan belajar, menyiapkan energi lebih banyak, hanya untuk membacakan cerita padamu sebelum dirimu terlelap tidur. Agar engkau berani berimajinasi, bermimpi tinggi-tinggi

Engkau akan belajar menyayangi sekitarmu, mengenal apa itu ketulusan hati, dan berbuat baik tanpa pamrih. Dan aku ibumu juga akan belajar, mengurangi keluhan,berusaha memaafkan, bahwa setiap langkah salahmu adalah sesungguhnya proses belajarmu..

Engkau akan tumbuh.. dari gadis kecil menjadi remaja dewasa. Kau akan belajar mengenal kerasnya dunia, dan sesungguhnya setiap tangis matamu akan membuatmu bertambah kuat. Dan aku, ibumu, juga akan belajar menjadi sahabatmu, membaca ini itu karena nanti masamu dan masaku tidak akan lagi sama

Engkau akan belajar berani, dan berani belajar., mengambil resiko dan berani gagal. Percayalah nak, kegagalan akan menjadi guru ampuh dalam hidupmu. Dan aku, ibumu, juga akan belajar mempercayai setiap pilihan penting dalam hidupmu...

Nak, aku, ibumu bersama ayahmu akan bersama menyaksikan, bagaimana potongan-potongan diri kamu menjadi satu dalam tubuhmu. Setengah milik ayah, dan setengah milik ibu.Semoga hanya kebaikan yang mengalir dalam darahmu. Jangan contoh sikap ibu yang kadang buruk, maupun kebiasaan ayah yang kadang menyebalkan. Tumbuhlah menjadi kuat, nikmatilah indahnya dunia, berproseslah dengan sempurna. Menahapi setiap tangga kehidupan.

Nak, sesungguhnya melalui dirimu, aku, ibumu yakin berbagai keajaiban akan terjadi. Berbagai kisah indah akan mengalir. Apapun yang terjadi, kau akan selalu menemukan surga diantara pelukan-pelukan hangatku...

Thursday, February 22, 2007

Mental Break Session



Semua hal butuh istirahat. Bahkan matahari terlelap saat malam dan sang bulan bertugas terjaga menerangi bumi. Bahkan pada setiap kalimat-kalimat panjang, kita perlu berjeda, untuk sekedar menghela nafas.

Saya percaya setiap orang memiliki momen favorit hanya untuk sekedar mengistirahatkan otak yang seharian keras berfikir, menyandarkan badan yang jungkir balik menghidupi diri, dan memberi ruang pada hati untuk sejenak menghirup aura-aura suci.

Kita perlu beristirahat. Saat dimana kita keluar sejenak untuk keluar dari zona sibuk dan rumit. Menyepi, meminggir tanpa perlu keras berfikir. Menikmati kebahagiaan seadanya, lepas dari label pekerjaan, istri, dan si anu maupun si itu. Berbahagia dengan seadanya, untuk diri saya sendiri.

Ada banyak cara yang saya lakukan untuk memberi badan, pikiran, dan hati saya untuk istirahat. Jika energi sedang cukup banyak, saya sungguh menikmati bebersih rumah. Menata kembali perabotan yang berantakan, rasanya sama dengan menata file-file di kepala saya. Sehingga ketika usai bebenah, hati saya terasa lebih damai, dan siap memulai hari yang baru.

Di kantor, saya punya sesi book club favorit. Sambil membahas buku yang sama-sama kita baca, setiap orang dalam club bebas mengeluarkan pandangan pribadinya, berceloteh tentang pengalaman hidupnya. Dipandu oleh fasilitator yang handal, kami semua diajak meneropong pengalaman hidup dari cara yang positif, dan menguatkan nilai-nilai hidup yang sudah kita pegang.

Sesi ini selalu berhasil memompa semangat saya. Mengingatkan saya untuk selalu bersyukur dan tidak menjalani hidup apa adanya. Pun membantu saya memaknai setiap kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Saya cinta book club ini.

Momen istirahat favorit saya yang lain adalah, saat punya kesempatan bertemu dengan sahabat-sahabat lama. Berbincang mengenai hidup, bertukar pikiran mengenai apapun, jujur terhadap keadaan masing-masing hingga berujung pada kehebatan kami mentertawai kebodohan diri sendiri.

Ya.. sahabat-sahabat saya, meski tidak intens bertemu, kami selalu merasa dekat, walau hanya dengan update beberapa jam saja. Hanya disertai beberapa gelas kopi maupun coklat favorit. Pertemuan dengan sahabat selalu membuat saya rindu.

Beristirahat, apapun bentuknya perlu diluangkan. Setidaknya membantu saya bahagia dengan sederhana, dengan diri saya apa adanya.

Monday, February 19, 2007

Berkenalan dengan Pram


Pramoedya Ananta Toer. Nama penulis besar, yang hingga selama 25 tahun saya hidup belum pernah satu pun karyanya say abaca. Yang hingga sang penulis wafat belum pernah saya menjamah buku-buku tulisannya. Alasan sederhana: malas, karena bukunya tebal-tebal dan temanya tampak begitu serius.

Si pram ini sudah banyak dibincangkan orang, berkali-kali menjadi nominasi untuk meraih nobel sastra. Banyak orang mengaku terinspirasi akan tulisannya. Tapi saya tak juga bergeming, bahkan rasa penasaran pun tidak ada. Sekian banyak orang merekomendasikan, bahkan setengah berbangga. Seolah membaca karya Pram sudah menjadikan mereka orang besar, menjadikan mereka lebih berarti, dan membuat tampilan mereka lebih berbobot.

Saya ingat suatu kali, ketika hendak mengikuti seleksi menjadi reporter salah satu televisi swasta. Salah satu pertanyaannya adalah saya diminta menyebutkan judul-judul buku karya Pram. Kalau hanya judul buku sih saya tau, tapi ingin tertawa geli saat sang produser menjelaskan, pertanyaan itu dimunculkan karena menurut mereka orang-orang yang membaca karya Pram tentulah memiliki kualitas otak yang lebih baik. Sungguh aneh.

Lalu beberapa bulan lalu, suami saya membelikan seri buku pertama dari tetralogi Pram yang terkenal. Bumi Manusia. ”Bacalah,kamu akan tenggelam bersamanya,” kata dia. Oke, akhirnya saya ”terpaksa” berkenalan dengan karya Pram. Sekarang saya sudah bisa penasaran, bagaimana sesungguhnya buku yang menurut banyak orang menarik ini? Dari segi mana menariknya? Bahasa tuturnya kah? Jalan ceritanya? Atau apa?

Saya sendiri menyenangi buku-buku yang menyajikan pengalaman baru bagi indra saya. Saya menyukai ending cerita yang sukar ditebak, menyukai deskripsi yang metafora, menyukai penokohan yang aneh, dan menikmati cerita petualangan.

Lalu mulailah saya berkelana dalam Bumi Manusia. Duh, melewati halaman-halaman pertama rasanya suliiiit sekali. Buku itu belum berhasil membawa saya ketagihan, belum mampu memanggil saya ketika saya tidak ada kerjaan. Beranda buku itu belum berhasil membuat saya duduk nyaman. Ketika suami saya tanya ”Buku itu sudah berhasil menarikmu tenggelam?” saya hanya menggeleng sambil meringis.

Lalu, seminggu lalu, ketika saya terpaksa harus tinggal di rumah karena flu berat, saya akhirnya membaca buku itu. Selembar,lalu satu bab, tanpa sadar sudah setengah buku. Saya mulai tenggelam, saat Nyai Ontosoroh menerawang bertutur kembali tentang masa lalunya.

Setelah itu, rangkaian cerita seolah tampak semakin menarik, semakin misterius.

Saya menyukainya. Mengagumi deskripsi Pram tentang bagaimana setiap orang seharusnya merdeka. Tenggelam dalam alur cerita bertuturnya yang begitu mendalam. Dialog-dialog perdebatan yang seru, maupun penggambaran masa lalu yang begitu detail.Saya banyak menemukan kutipan menarik dari buku itu. Tentang cinta, tentang manusia, dan tentang hidup.

Harus saya akui, meskipun belum jatuh cinta, Bumi Manusia telah membawa pengalaman baru bagi indra saya. Sst saya belum selesai membacanya.. penasaran dengan endingnya nih..