Tuesday, July 24, 2007

Perjalanan Panjang



Saya sudah kembali dari perjalanan panjang, perjalanan yang menguji akal, menantang hati bahkan menuntut kekuatan raga saya.. rasanya seperti didorong pada batasnya. Batas-batas yang saya sendiri tidak pernah tau sampai dimana..

Ini bukan saja perjalanan waktu melainkan sebuah perjalanan perlawanan.. melawan rasa sakit akibat operasi dan infeksi yang membuat saya menjerit, menelan banyak obat, terbaring tak berdaya, juga memaksa saya berteman dengan jarum suntik dan infus.. Melahirkan trauma yang amat sangat.Pun melawan pikiran saya,memanipulasi segala jenis energi negatif sambil mengumpulkan kekuatan, agar hanya hal-hal baik yang berkamar di kepala saya..

Lajur perjalanan lainnya adalah rasa kehilangan.. sungguh tidak mudah, menerima kenyataan Laksmi sudah pergi, bahkan sebelum saya melihat sorot matanya, menyentuh pipinya, dan mencium wangi tubuhnya. Laksmi pergi, sebelum ia sempat berkenalan dengan pakne-nya. Laki-laki baik dengan hati seluas samudera, yang kelak akan mengajak dia menjelajahi alam raya dalam dongeng-dongeng sebelum tidur dan kisah-kisah yang menggugah hati.

Rasa kehilangan yang dahsyat sehingga mampu menusuk hati saya pada malam-malam saat bintang bertengger indah di langit dan bulan menggantung sempurna. Rasa kehilangan yang seringkali membuat saya tenggelam dalam bulir airmata dan berharap agar Laksmi sesekali singgah dalam mimpi saya hanya sekedar memuaskan rindu

Kemudian ada perjalanan memaafkan.. meredam rasa murka terhadap dokter yang menangani saya, meredam sumpah serapah dan deretan makian yang selalu siap keluar setiap saya melihat wajahnya. Juga memaafkan diri saya sendiri, yang sering berputar dalam andai-andai dan merasa belum cukup berjuang demi dia..

Lalu tiba saat untuk mengalami perjalanan menerima.. Menerima bahwa sekuat apapun saya mencoba, tidak akan ada sebuah jawaban yang mampu memuaskan pikiran saya sebagai manusia kecuali meyakini semua yang telah terjadi pada diri saya merupakan kuasa Tuhan. Mempercayai bahwa dengan menerima Laksmi akan lebih bahagia dan tenang, dengan menerima saya akan jauh dari lelah untuk mencari jawaban, dan dengan menerima saya dapat melangkah maju tanpa ragu..

Perjalanan menerima juga membawa saya kepada renungan-renungan panjang. Lalu menjelajahi diri, memutar ulang perjalanan hidup, sambil berdoa dalam bisikan-bisikan ampunan, dan bersyukur dalam ketakjuban. Kadang menangis, mengadu pada Tuhan, memohon peluk hangatNya, dan meminta Dia untuk selalu dekat dengan saya

Dan terbukalah mata saya akan sebuah perjalanan cinta, yang membuat saya tidak mau berkedip selain menikmatinya dengan sempurna.. Tidak pernah rasanya, cinta saya dan suami diuji sampai ke titik ini, dialah yang Tuhan kirimkan sebagai kekuatan saya. Tidak akan pernah saya lupakan, bagaimana ia selalu berusaha tersenyum untuk menyemangati saya sementara di saat yang sama di juga harus berjuang melawan rasa sedih. Memeluk saya di saat saya menangis tanpa banyak berkata apa-apa, meski kadang ia mengaduh sendirian.

dan tidak pernah rasanya, saya dihujani begitu banyak kasih sayang para sahabat. Yang datang dari berbagai penjuru kota, memberi semangat, membawakan cheesecake dan tiramisu kesukaan, membawakan setumpuk majalah sebagai hiburan atau sekedar melempar gurauan agar saya tertawa. Jiwa-jiwa hebat yang selalu ada meski jarak memisahkan, yang selalu terasa dekat meski waktu kerap tak memberi ruang untuk pertemuan.

Lalu, perjalanan cinta membawa saya kembali ke pelukan ibu saya. Merasakan kembali kehangatan keluarga, dan membuat saya sadar, apapun yang terjadi, inilah orang-orang yang tidak akan pernah meninggalkan saya. DI masa lalu sering kali saya berbenturan pendapat, atau tanpa sadar tidak lagi pulang untuk menjenguk dan bertukar kabar. Sekarang saya mengerti, kasih tanpa putus itu hanya perlu dibalas dengan mengalah dan pengertian, yang tentu saja hanya sedikit dibandingkan perjuangan panjang yang sudah mereka lakukan demi saya.

Ini memang perjalanan panjang, ada kalanya saya lelah, ingin berhenti sejenak,ada kalanya saya marah karena perjalanan yang saya lalui begitu berliku tajam..Namun saya sadar, setiap turunan membuat saya selalu waspada, setiap tikungan membuat saya lebih berhati-hati, dan setiap tanjakan akan membuat saya bertambah kuat..

Benar memang, Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup saya akan mudah, namun Tuhan berjanji, Dia akan mendampingi dan ada di dekat saya pada setiap detik, pada setiap sedih, dan pada saat-saat bahagia.. Saya mengerti, perjalanan ini belum sampai pada ujungnya, entah masih panjang, atau sesaat lagi..

Namun perjalanan ini telah menjadi sejarah, sebuah kisah yang tidak mungkin hilang dan terhapus, meski oleh waktu..

dan Anantya Laksmi akan selalu menjadi bidadari kecil saya, malaikat penjaga hidup dengan tempat istimewa di hati..