Wednesday, March 28, 2007

Keajaiban Es Krim

Okey, in sudah memasuki bulan kedelapan kehamilan. Berat saya sudah naik 18 kg, sudah semakin gendut. Kenaikan berat badan secara gila-gilaan itu sempat membuat saya stres, bukan karena saya takut gendut (hei ini kan orang hamil.. masa kebebasan untuk makan apapun), tapi karena berat badan adik bayi di dalam perut sempat kurang. Iya siiih, hanya beberapa gram saja, dan dokter juga menyatakan tidak mengkhawatirkan..

Tapi kok saya merasa egois ya, karena semua makanan yang saya makan, larinya ke saya semua, sementara adik bayi seolah tidak kebagian. Padahal saya tidak mengalami kesulitan makan apapun sejak kehamilan awal bulan, tidak mual, tidak muntah.. semua makanan masuk dengan sukses ke dalam perut saya. Kok adik bayi tidak besar-besar?.

Dokter sempat melakukan pengecekan kadar kekentalan darah saya. Karena kata dia, kalau darahnya terlalu kental, maka yang masuk ke Plasenta biasanya juga sedikit. Tapi hasil pengecekan juga normal. Oooh, mungkin pola makan saya yang salah. Mulailah saya mengurangi sedikit nasi, dan banyak makan lauk pauk. Tapi nggak berefek juga, berat saya tetap naik gila-gilaan, berat adik bayi naik sangat perlahan

Akhirnya, bertanyalah saya kesana kemari. Banyak orang menyarankan makan es krim. Setengah tak percaya, saya coba saja. Dua minggu lalu, saya rajin sekali makan es krim. Di freezer kulkas, saya simpan es krim Walls satu liter, sebagai cadangan kalau saya tiba-tiba ingin makan es. Enaknya, di kantor saya bisa makan es krim gratis. Jadilah saya rajin menyambangi lantai dua, untuk mencoba berbagi es krim..

Hmmm, memang enaaaakkk.. Conello rasa black forest atau strawberry, paddle pop shake, dan magnum rasa almond.. yummy!saya tidak peduli kalau berat saya terus naik, saya ingin membuktikan kalau resep makan es krim itu manjur. Beberapa orang juga menyarankan supaya saya makan coklat, Jadi tidak hanya es krim, saya juga rajin menyantap coklat hehehe..

Ternyataaa... setelah dua minggu, berat bayi saya naik drastis.. sebanyak 400 gram, jadi sekarang beratnya sudah 2,3 kg. Wuah saya senang bukan main, ternyata berhasil juga usaha saya menaikkan berat adik bayi. Saya juga jadi makin rajin menyambangi lantai dua, kadang teman-teman juga nitip minta diambilkan hehehe.. es krim, es krim, makanan enak penuh manfaat.. hehehe

Sampai teman saya bilang begini “wah baru sekali ini, ada orang yang kegirangan beratnya naik karena makan es krim..”hehehe. Hidup ES KRIM!




Wednesday, March 14, 2007

Renon dan diskriminasi

Namanya Renon. Pangeran Renon. Motor Mega Pro berwarna biru ini sudah menjadi teman sehari-hari bagi saya dan suami mengarungi jalanan. Bahkan mulai semenjak pacaran dulu, renonlah yang setia mengantar kami pergi ke penjuru kota Jakarta. Mulai menikmati air mancur menari di Monas, makan makanan padang di Senen, ataupun sekedar putar-putar di Blok M.

Renon juga kami ajak menempuh hujan, kadang menembus debu dan badannya kadang tergores roda koper, kalau saya terlalu banyak membawa jinjingan saat harus ke luar kota. Renon teruji gesit diajak meliuk-liuk melewati deretan mobil saat macet. Renon juga yang dulu setia membawa kami berdua pulang pergi ke Bogor, sampai perannya tergantikan karena bapak saya tidak tega membiarkan anaknya yang sedang hamil ini harus naik motor ke bogor, sehingga berbaik hati menjemput saya setiap akhir minggu.

Namun, di Jakarta ini, Renon kesayangan kami seringkali mengalami diskriminasi. Dianggap kendaraan kelas dua, diperlakukan seperti seperti kendaraan sampah, dan tidak mendapatkan pelayanan yang cukup. Padahal seperti band Seriues bilang “Motor bagai manusia”, tapi sayangnya sering diperlakukan tidak layak.

Seperti kemarin misalnya, ketika saya harus menghadiri seminar di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Renon kesulitan mendapatkan parkiran. Jangankan parkir, moncongnya baru akan mendekati hotel untuk bertanya saja, semua mata satpam langsung memandang penuh larangan. Belum lagi ditanya ini itu, untuk apa tujuan datang ke hotel. Segera saya tunjukkan undangan seminar yang akan saya hadiri. Setengah malas, akhirnya satpam itu mempersilahkan Renon dan suami saya parkir di basement. Aneh kan, memangnya semua orang yang datang ke hotel harus mengendarai mobil ya? Dan untuk apa pula tidak ada angin dan hujan datang ke hotel tersebut....

Kisah lain juga dialami Renon dan suami saya, ketika menunggu saya selesai menghadiri acara kantor di Hotel Four Season. Parkir di depan jalanan hotel sebentar saja, para petugas keamanan rasanya seperti kegerahan. Mengusir Renon dengan mimik wajah yang tidak menyenangkan. Beruntung, suami tidak bergeming.

Bandingkan jika saya datang dengan mobil menuju hotel. Sampai di depan lobby hotel, pintu dibukakan oleh petugas hotel dengan senyum ramah. Mengucapkan selamat datang dan menawarkan membantu membawa barang. Tak tahulah dia, mobil yang saya tumpangi hanya mobil milik kantor.

Tidak hanya itu,diskriminasi Renon juga terjadi saat kami mengunjungi mal-mal maupun pusat perbelanjaan. Tempat parkir motor biasanya diletakkan jauuuuuh dari gedung, sehingga kami terpaksa berjalan sambil menenteng belanjaan yang kadang-kadang lumayan banyak. Tidak ada keistimewaan bisa menjemput di depan lobby.

Sungguh, kadang kesal sekali diperlakukan seperti itu...