Sunday, October 29, 2006

Percaya nggak percaya


Saya bukan orang yang mudah percaya pada takhayul, tetapi selalu antusias mendengarkan berbagai kisah yang menyangkut hal-hal misterius, yang kadang tidak bisa diterima dengan akal logika. Dibesarkan dalam keluarga Jawa dan hidup di tengah-tengah masyarakat Sunda, saya tentu saja mendengar berbagai kisah aneh-aneh, dan berbagai larangan yang disampaikan oleh orang orang tua di sekitar saya.

Misalnya saja, tidak boleh memukul dengan sapu lidi, karena ditakutkan akan memiliki banyak anak sejumlah lidi yang ada. (Dulu saya percaya, lalu lama-lama mikir juga, banyak anak atau tidak itu kan tergantung kita sendiri?). Lalu tidak boleh duduk di pintu jendela, nanti jauh jodoh. (Padahal duduk di pintu jendela tentu mengganggu orang yang lalu lalang dalam rumah). Atau, anak perempuan harus menyapu sampai bersih, jika tidak dia akan memperoleh suami yang penuh brewok. (Tentu saja menyapu harus bersih, agar kotorannya tidak berterbangan kemana-mana). Entah darimana asal-usul berbagai takhayul seperti itu, tetapi selalu seru membicarakan hal-hal yang orang Sunda menyebutnya “pamali”.

Seperti kemarin ketika saya pulang ke Bogor. Di dapur, sambil memasak, berkumpulah kami para perempuan dari berbagai generasi. Ada saya yang sedang hamil 3 bulan, ada ibu saya, dan ada nenek saya. Lalu ada si bibi, wanita asli Sunda yang hampir setiap hari membantu ibu saya bersih-bersih rumah.

Lalu mulailah berbagai kisah dan pantangan untuk orang yang sedang hamil. Beberapa yang disampaikan si bibi, saya akui, membuat saya terbelalak tak percaya sambil menahan geli. Bibi bilang, orang hamil tidak boleh makan menggunakan piring lebar. “Nanti muka anaknya lebar,” (heh? Apa hubungannya ya). Lalu dia bilang, kalau mandi tidak boleh melilitkan handuk di leher. Apa pasal? “Nanti bayinya dalam perut terlilit usus,”. Lalu, setiap melihat hal yang buruk-buruk saya dianjurkan mengusap perut, sambil berdoa agar tidak terjadi pada bayi saya. “Soalnya neng, kalau orang hamil, suka lihat yang aneh-aneh. Jadi gak boleh sembarangan” Bibi juga memberikan tips jitu, menurut dia saat melahirkan nanti sebaiknya pantat saya tidak diangkat, supya tenaga saat mengejan bisa lebih maksimal, dan tidak perlu dijahit. “Anak bibi empat, dan semuanya gak pake dijait neng”.

Bibi juga bertutur, menjelang melahirkan dia minum minyak kelapa, agar jalan melahirkan menjadi licin. Tak lupa, air kelapa muda hijau agar kulit bayi bersih dan bersinar. Saya yang kaget dengan begitu banyak pantangan, hanya bisa berujar “Masa sih?”

Ibu saya lalu menambahkan, orang hamil tidak boleh merendam pakaian, nanti ditakutkan air ketubannya berlebih sehingga kandungan saya kembar air. Sementara nenek saya menyampaikan pantangan makanan, agar bayi saya sehat. Kata si mbah, jangan makan buah kweni, duren, nanas, dan nangka. Buah-buah tersebut dipercaya memberikan efek panas di perut. Dia juga menganjurkan mengurangi minum es, karena akan membuat sang jabang bayi ukurannya besar.

Duh..duh banyak sekali hal yang harus diperhatikan. Antara percaya dan tidak, antara takut dan heran. Namun, yang pasti saya percaya ketika nenek saya bertutur “Setelah melahirkan, nanti kamu akan merasakan, betapa perjuangan seorang ibu begitu berat. Nanti pasti kamu tambah sayang sama mama. Nah, laki-laki tidak mungkin pernah merasakan hal seperti itu,”

Iya memang, ini pengalaman istimewa. Saya menikmatinya setiap hari, menjaga dengan baik janin kecil yang tumbuh dalam diri saya. Dengan berbagai pantangan maupun tidak.. yang penting ia lahir sehat...

Thursday, October 26, 2006

Lebaran yang sarat rindu

Lebaran kali ini tidak saya habiskan bersama mama, bapak, dan adik di Bogor. Saya berlebaran di tanah kelahiran suami saya di Batang, Jawa Tengah. Berkumpul dengan keluarga kecil yang baru, dengan suasana yang tentu saja berbeda.

Sejak SMP, saya terbiasa mandiri. Saya pernah berbulan-bulan tinggal di kamar kos milik orang tua saya, padahal letaknya hanya di belakang rumah. Bapak bilang, supaya saya bisa bertanggung jawab dan latihan mengurus diri sendiri. Tak heran, ketika harus ngekos saat kuliah di Bandung, orangtua saya tenang-tenang saja. Jarang telpon kecuali ada keperluan penting, jarang menjemput kecuali saya sakit, dan jarang sengaja menengok, kecuali dengan kebetulan mereka lewat.

Sebaliknya, saya juga jarang pulang. Banyak waktu tersita oleh kegiatan kemahasiswaan maupun tugas kuliah yang berjibun. Mungkin satu bulan sekali saya pulang ke Bogor, itu pun kalau ibu saya sudah sms “Kapan pulang mbak?”. Itu artinya beliau sudah rindu dengan putri sulungnya ini.

Hubungan saya dan adik saya semasa kuliah juga sedikit merenggang. Dia asyik dengan band dan aktivitasnya, sehingga ketika saya pulang ke Bogor, seringkali bentrok dengan jadwalnya yang padat. Kami hanya bertegur sapa saat pagi hari. Tidak sempat berkeliling kota, tidak ada waktu untuk saling cerita.

Pendek kata, saya cuek. Jarang mengukir momen indah bersama keluarga, pun jarang merasa rindu untuk pulang.

Tapi lebaran kali ini semua rasanya berbeda..
Untuk pertama kalinya dalam hidup saya saya begitu rindu rumah, rindu mama, bapak, dan adik saya. Berkali-kali saya sms mama, hanya sekedar ucap kangen. Hal yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan.

Saat takbir menggema dan acara sungkeman dengan mertua tiba. Tangis saya pun pecah. Saya rindu mama, rindu membuat kue bersama hingga dini hari. Kalau waktu kecil saya hanya membantu menimbang dan mengocok telur, sejak SMA saya sudah bisa membuat kue sendiri. Ada kastengels, kue havermut kacang mede, dan kue cornflake kesukaan kami. Saat saya membuat kue, mama biasanya sibuk di dapur memasak rendang, opor ayam, dan sayur kentang yang rasanya luar biasa. Kali ini mama memilih membuat kue bersama teman-teman kantornya. “Di kantor ada oven besar” ujarnya.

Saya juga kangen Bapak. Kangen dengan keributannya saat membuat ketupat. Bapaklah yang selalu kebagian tugas membuat ketupat. Ia memilih memasak ketupat di atas tungku tradisional, dengan dua batu besar dan kayu bakar, daripada matang di atas kompor gas. “Rasanya beda,” . Aku, bapak, dan adik biasanya mengisi ketupat dengan beras yang sudah diberi air kapur, kadang isinya terlalu banyak sehingga ketupat keras, kadang terlalu sedikit sehingga teksturnya lembek.

Aku juga rindu adik. Adik perempuanku satu-satunya, yang selalu membuat suasana ramai dengan humor-humor segarnya. Yang bisa membuat bapak kembali tersenyum saat marah, yang dipercaya mama untuk mencicipi berbagai masakannya.

Saya rimdu semua. Rindu dengan momen sungkeman, melihat bapak dan mama biasanya berpelukan begitu lama sambil saling menangis. Rindu berangkat sholat ied bersama saat pagi menjelang. Rindu bertakbir, rindu ramainya para tetangga.

Setiap keluarga memiliki ritualnya sendiri. Setiap orang meninggalkan rasa rindu yang berbeda, yang begitu terasa saat semua tidak ada. Lebaran kali ini memang sarat rindu dan menjadi bahan perenungan bagi saya, untuk lebih sering pulang, dan lebih sering mengungkap sayang. .

Monday, October 09, 2006

Me, being 25

Hari ini milik saya. Dari sekian banyak hari-hari menyenangkan, hari ulang tahun adalah satu hari yang selalu membuat saya bahagia. Meskipun bertambah umur tidak menandai perubahaan kedewasaan yang drastis, tetapi setiap hari ulang tahun, saya selalu menikmati setiap momen-momen kecil, yang menjadi kenangan indah saat hari berakhir.

Hari ini misalnya, suami tercinta mengawali dimulainya hari dengan kejutan super indah.Kue tiramisu kesukaan saya hadir dihadapan, lengkap dengan lilin terang yang membangunkan saya pada dini hari tadi. Bukan, bukan kue dan kado istimewa darinya yang membuat saya bahagia... tetapi di bawah temaram lilin, wajah teduhnya tampak sempurna, pun senyum tulusnya membuat saya begitu menikmati gores raut wajahnya. Memikirkan bagaimana dirinya repot dan bersusah menyiapkan kejutan meninggalkan rasa haru dalam diri saya. Iya, laki-laki inilah yang membuat hidup saya terasa begitu ajaib, begitu hidup, dan begitu lengkap.. (terima kasih sayang!)

Momen-momen kecil yang membahagiakan masih berlanjut, sms-sms penuh doa datang dari sahabat-sahabat tercinta, saya bisa merasakan berbagai ketulusan mengalir dalam kata-kata indah mereka.. Menyadari saya dikelilingi begitu banyak kasih sayang, rasanya tidak ternilai..

Aha, itu dia!seorang teman lama menyapa melalui yahoo messenger, mengucapkan selamat ulang tahun, menanyakan kabar, dan ngobrol ngalor ngidul. Ada pula, sahabat lama yang tiba-tiba menyapa, meninggalkan rasa senang, karena mengetahui hidupnya kini bertambah baik...Ajaib rasanya, tahun-tahun yang hilang, bisa terganti hanya dalam satu hari pesan pendek...

Hari ini milik saya. Lebih dari sekedar ulang tahun, hari ini saya merasa disentuh begitu hangat oleh orang-orang terdekat dan para sahabat. Meninggalkan senyum di akhir hari, dan kenangan hingga mata saya menutup abadi

Hari ini milik saya. Sekarang saya 25 tahun, menikah dengan laki-laki yang saya cintai, menunggu kelahiran bayi kami, memiliki pekerjaan yang saya nikmati, dan dikelilingi sahabat – sahabat penuh cinta. Ah, saya siap memulai petualangan baru...

Hari ini milik saya. Dan semuanya sempurna.

Thursday, August 17, 2006

Presiden Juga Manusia Biasa

Tidak ada yang salah dengan gambar besutan fotografer Dudi Anung Anindito dan Abror Rizki, dua juru foto pribadi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono. Pada deretan foto yang terpampang di sky walk Pondok Indah Mall, foto-foto keduanya diambil dengan tajam, angle yang menarik,dan pencahayaan yang sempurna. Saya bukan ahlinya menilai karya fotografi, tapi setidaknya saya cukup paham mana foto-foto yang diambil dari sudut yang unik, momen yang spesial, dan mana foto-foto standar yang biasa-biasa saja..

Hanya saja,160 foto itu tidak membuat saya terkejut maupun terkesima. Judul pameran "Presiden juga manusia biasa" tampak betul-betul tidak mengena. Menteri Jero Wacik berujar, foto-foto tersebut menampilkan keseharian presiden sebagai manusia biasa, dan ingin menonjolkan bagaimana begitu membanggakan memiliki pemimpin yang tampil di forum dunia, sejajar dengan pemimpin negara lain, yang begitu gagah, ganteng, cerdas, merakyat, dan selalu terjun ke bawah.


Jika hanya ingin mengekploitasi kegagahan SBY, saya bisa maklum. Tetapi, jika ingin menunjukkan sisi lain -yang mereka sebut dengan sisi manusia biasa- tampaknya gagal. Manusia biasa adalah manusia yang bisa terlihat sedih, lelah, luar biasa bahagia, dan melakukan hal-hal kecil yang dilakukan manusia pada umumnya.

Namun,foto-foto yang ada justru jauh dari kesan candid. Seperti sudah diatur. Terkesan resmi dan tidak lepas. Konon, foto-foto itu dipilih sendiri oleh SBY dari 500 foto yang diajukan. Jadi, mungkin bukan sang juru foto pribadi yang tidak memiliki momen foto yang unik, melainkan selera sang pemilih yang tidak lepas dari kepentingan pencitraan dirinya.

Sederhana saja, ketika mendengar kalimat "Presiden juga manusia biasa", saya berharap akan melihat pemimpin negara ini dari sudut yang lebih humanis. Sisi dimana ia betul-betul meninggalkan atribut sebagai kepala negara. Bisa dari segi ekspresi, kostum, lokasi.. apa saja..

Misalnya, saat SBY tertawa lepas dan bersorak gembira ketika tim unggulannya menang Piala Dunia. Atau, saat air mata kebahagiaan meluncur, saat dirinya harus melepaskan sang putra pertama menuju pelaminan. Atau, saat matanya menunjukkan kesedihan mendalam begitu pertama kali mendengar Aceh diterjang tsunami. Atau, peluh keringat saat dirinya berolah raga. Bisa juga, foto yang menampilkan dirinya asyik bersarung sambil membaca buku di beranda belakang.

Bukan foto dirinya berpidato di ajang pentas dunia, yang merekam gerakan tangannya yang khas. Bukan senyuman dan mata memandang ke kamera saat ia hendak bercukur dan ke dokter gigi. Bukan dirinya dengan jas maupun pakaian resmi. Bukan ketika dia berfoto bersama para pemimpin Asean.Bukan foto-foto yang sudah seringkali terpampang di media cetak.

Harapan saya, melalui tema foto manusia biasa, SBY Bisa terlihat begitu menginspirasi, dapat mengundang senyum maupun decak kagum. Foto-foto yang membuat saya tidak bosan-bosan memandangnya. Yang jelas saya kecewa dengan pemilihan foto yang jauh sekali dari tema manusia biasa.

Tak heran, satu-satunya foto yang bisa saya nikmati dan membuat saya berdecak kagum adalah foto sekumpulan para menteri yang tengah tertawa lepas dalam sebuah tenda, ada Purnomo Yusgiantoro, ada Alwi Sihab dan beberapa menteri lainnya. Yup! lengkap dengan kaos oblong, sarung kotak-kotak, wajah kucel, dan satu sachet autan di tangan....

Thursday, July 13, 2006

sepak oh bola

aha.. sepak bola!
saya tidak pernah betul-betul menikmati permainan ini, buat saya satu-satunya yang menarik dari permainan ini adalah saat bola memasuki gawang. Dan menanti momen itu selama dua kali empat puluh lima menit rasanya terlalu lama. Jadi cukup menanti ulasan sepak bola yang isinya gol-gol terindah buat saya sudah cukup. Saya tidak mengerti bagaimana sebuah permainan begitu bisa digandrungi jutaan orang di dunia. Ada berbagai macam liga,ada berbagai macam jenis pertandingan. Tetapi saya tidak pernah menikmatinya..

Ketika masa SMA dulu, teman perempuan yang gandrung sepak bola tampak selalu lebih keren dari kami-kami yang hanya menyukai sinetron atau film seri . Teman-teman perempuan saya dulu, betul-betul bisa hafal betul setiap pemain yang bagus, setiap klub yang keren sampai ke detil peraturan. Sementara, teman-teman laki-laki begitu tergila-gila dengan permainan Championship Manager,dan membuat mereka rela begadang hingga jam 2 pagi hanya demi memuaskan hasrat mengatur permainan dan mencapai kemenangan di dunia virtual

Belum lagi istilah-istilah bahasa Itali yang bikin mumet. Kok rasanya sepak bola tidak betul-betul tidak memiliki daya tarik bagi saya. Bahkan saya ingat, salah satu pertanyaan tes ketika saya ingin masuk STAN adalah: Siapa nama pelatih Manchester United? (haaaa, emang penting ya?). Pertanyaan ini membuat saya kebingungan waktu itu.

Tapi pesta bola kali ini lain..
Entah kenapa, hajat empat tahun sekali ini membuat saya jadi salah satu di antara penggila bola. Memelototi permainan dari awal samapi akhir bahkan samapi rela begadang. Saya hanya mengerti sepintas negara-negara mana saja yang biasanya dijagokan, lalu hapal sedikit pemain-pemain yang cukup terkenal. Ah, saya tentu hafal David Beckham yang jadi Kapten Inggris, Ronaldo yang membela tim Brazil, Zidane yang kali ini tampak lebih kurus. Ada Inzaghi, ada Del Piero, ada Fabian Bartez.

Jangan harap saya mengerti setiap peraturan. Sambil menonton saya juga sambil belajar. tapi ternyata menyaksikan seluruh pertandingan membuat emosi saya juga terhanyut. Gemas jika gol hanya mepet bibir gawang, gemas jika tiba-tiba bola berpindah ke kaki lawan, bahkan ikut memaki-maki jika lawan melakukan pelanggaran. Cara saya menikmati bola juga sederhana, saya bukan penggemar fanatik tim tertentu, setiap pertandingan saya hanya membela tim yang tidak dijagokan.

Jadi saya begitu sedih ketika Argentina kalah oleh Jerman. Begitu gembira ketika Perancis menang dari Brazil, tapi berharap Perancis kalah ketika final melawan Italia. hehehe. Meski saya tidak hapal pemainnya, tetapi saya begitu gembira ketika Italia menang Piala Dunia.

Entah ya, apakah ini merupakan titik awal saya menyukai sepak bola. Atau saya memang hanya antusias menyaksikan Piala Dunia? yang artinya, mungkin saya baru kembali menyaksikan sepak bola empat tahun lagi!

Tuesday, July 04, 2006

war room

challenging.nervous.thrill.excited.input.
support.friends.learn.share.english.comment.
passion.improvement.concept.
think.feel.elaborate.
"raise the bar"
"grasp the oppurtunity..still it!"
"be confident, initiate activity, show your potential"

Monday, June 26, 2006

..........

Tuhan
ringankan beban di pundaknya
atas rasa kehilangan yang begitu dalam
gantikan dengan percikan bahagia
agar tampak sesungging senyuman

Tuhan
hangatkan kalbunya
jangan biarkan membeku
agar masih bisa ia meresapi
setiap keindahan yang engkau ciptakan

setiap warna yang selalu menjadi inspirasinya
setiap kata yang menjadi pemancing gelak tawa
setiap alunan jazz indah yang memanjakan telinganya

Tuhan
sampaikan pelukan hangatku
melalui keajaibanmu
agar dalam setiap gelap
ia selalu menemukan cahaya terang

[untuk G.Nurmalasari Silaban]

Wednesday, June 21, 2006

body facts

date: 06.21.2006
time: 19.21.02
mode:whole
sex:female
age:24
height: 165 cm
weight: 61,1 kg (+3,9kg)
fatness: +6,8%
body age:
protein: 9.2 kg
muscle:41.8 kg
mineral: 3.5 kg
Nah itu dia, fakta terbaru tentang tubuh saya. Lihat di bagian wieght, berat badan saya kelebihan 3,9 kg, idealnya 57,2 kg. hahaha jadi malu, hanya dalam dua bulan, berat badan naik drastis 6kg. Sebelum menikah, saya rutin ke pusat kebugaran, hasilnya saat menikah berat saya ideal betul, mencapai 55 kg. Eh, setelah kembali bekerja, kok jadi malas ya berolah raga.. apalagi di tempat kerja baru, makanan selalu berslewiran tiada henti (lho kok jadi menyalahkan tempat kerja baru hehehe).
Soal berat badan ini memang seringkali jadi perhatian saya, sahabat-sahabat dekat pasti sudah hafal kalau saya mulai mengeluh celana kesempitan, baju kekecilan karena berat badan naik. Semasa kuliah dulu, saya lumayan rajin olahraga setiap pagi.. sederhana saja, mengelilingi lapangan Sabuga ITB. Waktu itu sih sekalian refresing, karena pusing mengerjakan skripsi. Saya juga sempat mengikuti beberapa kelas aerobik. Bahkan saya masih sempat membaca majalah kesehatan dan mengikuti informasi terbaru seputar dunia kesehatan. Pokoknya healthy life lah!
Saya termasuk orang yang senang melakukan aktivitas fisik, dari SD sudah ikutan pencak silat, lalu aktif menari daerah, sampai sma saya juga masih aktif menari bali. Buat saya, melakukan aktivitas fisik membuat kepala jadi lebih enteng, badan juga jadi lebih fit, nafas panjang dan tidak mudah lelah.
Tapiiiiii,jika malas menyerang, rasanya lebih nyaman berlindung di dalam selimut hangat di pagi hari lalau ngemil tiada henti. Tanpa terasa, perut membuncit deh! padahal saya mengerti semua manfaat olah raga... heheheh dasar pemalas!
Hari ini saya mampir ke pusat kebugaran di kantor, ternyata alat-alatnya lengkap dan suasananya asyik. Kelas aerobiknya juga bermacam-macam, dari pilates hingga step aerobic. Duh betul-betul menggiurkan. Timbul deh keinginan kembali berolahraga, apalagi ditambah fakta berat badan yang semakin melar. Memang sih, nggak parah-parah banget, masalahnya berat badan yang naik membuat saya merasa tidak nyaman.
Jadi ceritanya, saya mau membulatkan tekad kembali: Rutin berolahraga supaya sehat hat hat!

Monday, June 19, 2006

bangkit yang sesungguhnya


"Bantuan tidak akan mengalir selamanya, sekarang waktunya bekerja. Jika menyerah akan tambah parah, jika menunggu tidak akan maju"



Ada pemandangan menarik, sekaligus mengharukan bagi saya, ketika saya menjenguk Bantul minggu lalu. Salah satu kawasan gempa terparah di Yogyakarta tersebut mulai menunjukkan geliat kebangkitan. Di sepanjang jalan, spanduk berisikan kata-kata pembakar semangat dipasang, tujuannya satu : mengumandangkan hasrat, agar masyarakat bantul selekasnya bangkit dari kesulitan

Spanduk putih merah tersebut, terasa menyejukkan dan betul-betul membangkitkan semangat. Filosofi sederhana terbaca, bahwa harta benda bukanlah segalanya, bahwa bencana bukan berarti semangat melemah, dan cara terbaik melewati semuanya adalah bangkit, dan berdiri di kaki sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain.

Dari berbagai cerita masyarakat yang saya temui, dahsyatnya gempa bahkan membuat sebagain besar masyarakat tak mampu berlari kencang karena terguncang kanan dan kiri, gempa bergelombang merambah tanah, hingga membuat tanah padat melaju bagai ombak air. Meski kenangan tersebut melekat di sebagian besar benak pengungsi, setiap kisah selalu diakhiri tawa kebersamaan yang terdengar pasrah. Bagi mereka rumah yang hilang tak mungkin kembali jika ditangisi, jalan satu-satunya hanya bekerja keras. Dan itu yang membuat saya terpana diam.

Kini masyarakat Bantul tinggal di "rumah" warna warni yang semakin menjamur. Berbagai jenis tenda yang kini berfungsi layaknya rumah utama, menjadi satu-satunya tempat berteduh dan berkumpul . Tempat pulang tawa anak-anak ke pangkuan sang ibu,dan payung hangat bagi keluaga. Ada tenda putih merah dari bantuan Iran, tenda putih Unicef, tenda hijau dari tentara, maupun tenda klasik dari terpal biru dan oranye. Tanpa dinding hangat, tanpa plester mengkilat.

Belum genap sebulan, ketika gempa mengguncang Yogyakarta. Dapur gotong royong didirikan, ibu-ibu bergantian memasak guna meredam rasa lapar di perut, bapak-bapak mulai menumpuk batako yang bisa diselamatkan, laki-laki dewasa mulai bekerja sama membangun fasilitas publik.Ladang-ladang mulai digarap, tanah mulai diairi. meskipun menghadapi tiupan angin dingin di malam hari dan guncangan gempa kecil yang memancing trauma, keinginan masyarakat untuk keluar dari kesulitan tampaknya mampu mengalahkan segalanya.

Saya melihat kebangkitan yang sesungguhnya. Masyarakat Yogya,berusaha berdiri di tengah rasa kehilangan, berusaha bermimpi di tengah realita yang membangunkan, berusaha tersenyum di tengah kenangan pahit yang terus melekat. Kebangkitan yang tentu tidak mudah dan akan menempuh perjalanan panjang. Gempa boleh meruntuhkan rumah mereka, namun kobar semangat tetap tinggal mengakar..

Dan saya menyaksikan itu dengan decak kagum yang sangat...

Monday, June 12, 2006

Soul filling farmers




Saya baru pulang dari Surabaya, kota yang diselimuti panas terik di Jawa Timur. Tapi hari Sabtu kemarin, panasnya terasa padam, oleh senyum dan canda tawa dari sepuluh petani kedelai hitam asal Trenggalek.

Ya,pekerjaan baru saya, memungkinkan saya akan beresentuhan dengan banyak petani. Berinteraksi dengan mereka, mendengarkan keluh maupun ksiah-kisah lucu di belahan dunia lain. Dunia yang tentu saja berbeda dengan yang sekarang saya jalani, tidak sumpek, tidak berpolusi, tidak ada ambisi, dan tidak ada teknologi.

Sabtu itu menjadi hari yang menyenangkan buat saya, meski judulnya melakukan perjalanan kerja, saya justru merasa mendapatkan ekstra liburan. Ekstra karena tidak hanya jalan-jalan, jiwa saya baterainya terisi.

Petani kedelai hitam tersebut, merupakan bagian besar dari proses supply bahan baku untuk kecap Bango. Iya, kecap manis lezat yang sudah lama digunakan oleh ibu saya. DI tiap butir kedelainya, tersimpan bulir-bulir kerja keras, energi matahari terik, maupun tangan-tangan tulus perawatan dari petani-petani tersebut.

Selama di Surabaya, saya tak henti-hentinya kagum pada sorot mata tangguh dari para petani. Menggambarkan semangat dan dedikasi. Rasanya, seperti diingatkan, bahwa selama ini, dengan berbagai kenikmatan yang saya raih, kadang masih terselip rasa malas, masih ternoda rasa kurang bersyukur, maupun kadang dicampuri rasa ambisi yang tidak jelas.

Bapak-bapak bersahaja itu terpuaskan dengan hasil panen yang berkualitas, cuaca yang baik, maupun cita-cita menyekolahkan anak cucu, Meski kulit sudah berkeriput, namun semangat dalam diri mereka menyala terus. Dan saya dapat merasakannya. Mereka tidak terganggu dengan suhu politik yang memanas, maupun rancangan RUU Pornografi dan Pornoaksi. Pun mereka juga tidak terusik dengan berita-berita infotainment. Cukuplah bagi mereka, hidup rukun dengan tetangga dan bisa bertahan hidup dari hari ke hari.

Sehari di Surabaya kemarin juga membuat saya bersemangat kembali, bersemangat bekerja keras untuk satu tujuan: mendedikasikan hidup saya agar bisa bermanfaat untuk orang lain, at least membantu orang untuk tersenyum.

Friday, May 19, 2006

astri-aedi

iya, sejak tanggal 8 April lalu
saya resmi menjadi nyonya ajar aedi

mungkin saya terlambat bercerita
bagaimana hari itu, hanya ada kebahagiaan di raut wajah kami
tatap mata dalam memancarkan rindu
genggaman tangan meredakan ketegangan

mungkin saya terlambat berbagi
bagaiman sebuah hari istimewa yang berjalan sempurna
rumput, bunga merah muda, daun, dan mawar jingga
cahaya pagi, gending jawa, dan semilir angin
sempurna seperti mimpi kami

tadi malam, video pernikahan kami baru jadi
suasana ceria april lalu berputar kembali
itu ada mama yang sibuk memasang sanggul
itu ada mbak wawat yang serius mendandai semua orang
dan suasana haru terekam
ketika air mata menetes dari mata mbah
yang merawat saya puluhan tahun lalu
air mata haru bapak dan mama
seperti tak percaya

bahwa mulai hari itu
seorang penjaga akan menemani hidup saya




Sunday, March 19, 2006

and the story goes

judulnya seperti album milik agnes monica ya.. well,saya memang suka sama gadis muda itu, satu kata saja: HEBAT! terlepas dari suaranya yang kadang-kadang tidak stabil itu,tapi saya sepenuhnya kagum melihat bagaimana dia menapaki mimpi-mimpinya dengan pasti.Penyanyi, pemain sinetron, model,penari, bahkan mencecap akting di Taiwan sana..

bukan-bukan,saya bukan ingin bercerita panjang lebar tentang agnes monica..

tapi tentang berbagai kabar dan cerita-cerita pendek tentang teman-teman saya belakangan ini..membuat saya terhenyak sadar,betapa kaki ini telah melangkah jauh,perlahan generasi saya mulai menjajaki hidup yang sebenarnya, berpetualang mencicipi berbagai rasa hidup, kadang gagal, ada juga yang meroket.. yang jelas,saya bahagia,para sahabat memiliki hidup yang luar biasa..

ada yang ketika sma, merasa dikucilkan, merasa dirinya kasat mata.. tapi sekarang dia tenggelam dalam dunianya, mahir menulis dan menciptakan puisi, tak diragukan lagi kemampuannya mengeksplorasi berbagai teori-teori dan mencari benang merah dari segala konflik sosial. Buat saya itu membahagiakan, saya yakin, kini dia puas dengan hidupnya, merasa eksis dan menemukan ramuan bagi dirinya sendiri.

ada juga, yang hidupnya cemerlang melesat tanpa cela. Sedari sma,kapasitas otaknya memang luar biasa, jago matematika, mahir berbahasa inggris, dan kemampuan berdebat yang patut diacungi jempol.Lulus kuliah,langsung terbang ke negeri kangguru dan menyelesaikan gelar master disana, belum usai decak kagum saya, ternyata teman saya itu kini telah asyik berkutat dengan studi Phdnya dan sudah menikah pula.what a life!

sahabat lainnya, saya selalu kagum dengan kemampuannya menikmati hidup! sedari SD,saya tau dia adalah perempuan yang spesial, memiliki kemampuan kreativitas di atas rata-rata. SMP hingga SMA,kami terus bersahabat, saya menyaksikan bagaimana dirinya bertransformasi menjadi seseorang dengan pola pikir yang berbeda. Satu tak pernah berubah, saya selalu bisa mentertawakan hidup dan bercerita panjang lebar bersama dia.Sekarang, dia tampak memiliki pekerjaan yang dia cintai, dan masih menikmati hidup dengan sesekali membeli komik jepang. "Ini hiburan saya," ujar dia suatu ketika.

Saya? sekarang masih takjub dengan berbagai keajaiban yang diberikan Allah pada hidup saya.. menjalani hari-hari sebagai seorang reporter harian ekonomi, menikmati belajar tentang perbankan dan makro ekonomi,berkutat dengan Jakarta,sesekali bertemu sahabat lama untuk berbagai cerita.. dan yang paling membahagiakan, saya memiliki sebuah keajaiban abadi: seseorang yang bersamanya saya selalu merasa hidup sempurna..

ya betul,and the story goes.. bukan hanya agnes monica, tetapi setiap orang tengah manapaki legenda pribadinya masing-masing.. memilih warna untuk lukisan hidup,yang entah kapan akan dipandangi lekat-lekat dengan senyum kebahagiaan..

sukses untuk semua sahabat saya, dimanapun mereka berada!

Monday, February 27, 2006

Kamu yang istimewa!

Pagi itu memang sempurna ya? Bersama semburat pagi yang belum penuh muncul, genggaman tanganmu mengajak saya berkeliling alun-alun Banjarnegara rasanya sulit ditolak. Kota kecil di Jawa Tengah, yang sebelumnya saya tidak pernah peduli dengan hiruk pikuk sederhananya. Bagi saya, Banjarnegara hanyalah kota tempah ayah saya lahir, dan wajib dikunjungi minimal dua kali dalam setahun.

Tapi pagi itu begitu berbeda.. ramai manusia berolah raga mengelilingi alun-alun kota.Di sudut sana, sekumpulan ibu-ibu sedang bersiap mengikuti senam pagi. Sejumlah jajanan pasar juga menggelar dagangannya, ada serabi dan bubur ayam, beberapa orang bapak-bapak tampak mendorong gerobak, bersiap menyapa para pelanggan. Sesekali, logat jawa kental menyeruak disertai tawa tergelak. Ah, suasana seperti ini tentu sangat langka di Jakarta sana..

Tapi, bukan pemandangan unik itu yang membuat Minggu pagi begitu istimewa. Menikmatinya bersamamu ternyata membuat hati terasa damai, sunggingan senyum pun tak pernah surut dari wajah indahmu.

Dan mengalirlah berbagai cerita, mengapa di setiap alun-alun kota selalu ada dua beringin raksasa. “Beringin itulah sang penjaga,” ujarmu. Lalu, saya teringat sebuah kisah di Jogjakarta, legenda tentang dua beringin kokoh yang konon hanya sedikit orang yang mampu melewatinya dengan mata tertutup. “Tapi aku bisa melewati beringin di Jogja itu,” tuturmu. Ya, tidak mengherankan, karena kamu adalah jiwa yang istimewa. Setidaknya, buat saya.

Ah,gelakmu itu, membuat hati ini luruh. Saat kamu, berseloroh ringan tentang sekumpulan ibu-ibu yang bersemangat melakukan senam pagi, atau saat wajah lucumu terekam di kamera saat bercerita tentang rakyat Jawa dan menirukan bagaimana Bapak Presiden kita berpidato. J

Iya, dalam tuturmu, meluncurlah mimpi-mimpi hidup yang tertuang dalam kata-kata pemancing semangat. Tentang cita-citamu menjadi seorang pemimpin bumi, tentang keinginanmu mengembangkan berbagi potensi daerah, tentang khayalanmu tentang mengunjungi rakyat miskin, tentang berbagai hal yang membuat saya semakin yakin : Kamu memang terlahir istimewa!

Nanti, akan ada pagi buta di Yogyakarta, kita akan menikmati jalanan kota gudeg dan alunan angin pagi dari atas becak, atau akan kita pandangi lekat-lekat senja memerah di ujung batas laut dari putih pantai Senggigi. Dan aku, akan memastikan, mimpi-mimpi istimewamu terwujud indah.

Wednesday, February 22, 2006

semoga

semoga
nanti kita masih sempat, membaca berbagai buku
diskusi ini itu,berdebat yang tidak perlu
tentang pemerintah, tentang manusia
tentang rasa yang dalam akan hidup

semoga
nanti tidak akan ada pertengkaran
yang berujung pada kemurkaan
setiap masalah yang datang bisa diselesaikan dengan tenang
setiap keluhan dapat diatasi dengan senyuman

semoga
kita tidak pernah lelah belajar
untuk menyelami jiwa masing-masing
bagaimana memahami sebab kekesalan
dan cara menciptakan rona kebahagiaan

semoga
setiap kesulitan tidak akan menyurutkan setiap mimpi
yang begitu tinggi dan butuh tangga pijakan yang kuat
setiap duri tidak akan menghapuskan hangat cinta
yang selalu memberikan keajaiban
setiap kerikil tidak membuat kaki kita sakit
karena kita saling bergandengan tulus

semoga
dalam sakitku engkau bisa menjadi tabib
memberikan kesembuhan melalui senyuman
menyuguhkan harapan melalui penghiburan
menggenggam tangan saat lelah menjelang

semoga
pada malam-malam gelap selalu ada bintang
yang bisa dipandang
ada bulan,yang bisa disawang
pada hari hujan
akan ada pelangi menjelang
menumbuhkan harapan harapan yang tak akan terputus

semoga
pada matamu akan terus ada binar rindu
masih akan tinggal jejak teduh
dan masih terlihat pancar kasih
yang hingga kini menghidupi aku

semoga
kita masih bisa duduk bersama
melihat rambut putih yang sama-sama muncul di kepala kita
menikmati tiap garis halus
yang menandakan perjalanan sejarah berdua
dan masih merasakan getaran yang sama
saat kita saling mengucap cinta