Thursday, October 26, 2006

Lebaran yang sarat rindu

Lebaran kali ini tidak saya habiskan bersama mama, bapak, dan adik di Bogor. Saya berlebaran di tanah kelahiran suami saya di Batang, Jawa Tengah. Berkumpul dengan keluarga kecil yang baru, dengan suasana yang tentu saja berbeda.

Sejak SMP, saya terbiasa mandiri. Saya pernah berbulan-bulan tinggal di kamar kos milik orang tua saya, padahal letaknya hanya di belakang rumah. Bapak bilang, supaya saya bisa bertanggung jawab dan latihan mengurus diri sendiri. Tak heran, ketika harus ngekos saat kuliah di Bandung, orangtua saya tenang-tenang saja. Jarang telpon kecuali ada keperluan penting, jarang menjemput kecuali saya sakit, dan jarang sengaja menengok, kecuali dengan kebetulan mereka lewat.

Sebaliknya, saya juga jarang pulang. Banyak waktu tersita oleh kegiatan kemahasiswaan maupun tugas kuliah yang berjibun. Mungkin satu bulan sekali saya pulang ke Bogor, itu pun kalau ibu saya sudah sms “Kapan pulang mbak?”. Itu artinya beliau sudah rindu dengan putri sulungnya ini.

Hubungan saya dan adik saya semasa kuliah juga sedikit merenggang. Dia asyik dengan band dan aktivitasnya, sehingga ketika saya pulang ke Bogor, seringkali bentrok dengan jadwalnya yang padat. Kami hanya bertegur sapa saat pagi hari. Tidak sempat berkeliling kota, tidak ada waktu untuk saling cerita.

Pendek kata, saya cuek. Jarang mengukir momen indah bersama keluarga, pun jarang merasa rindu untuk pulang.

Tapi lebaran kali ini semua rasanya berbeda..
Untuk pertama kalinya dalam hidup saya saya begitu rindu rumah, rindu mama, bapak, dan adik saya. Berkali-kali saya sms mama, hanya sekedar ucap kangen. Hal yang sebelumnya tidak pernah saya lakukan.

Saat takbir menggema dan acara sungkeman dengan mertua tiba. Tangis saya pun pecah. Saya rindu mama, rindu membuat kue bersama hingga dini hari. Kalau waktu kecil saya hanya membantu menimbang dan mengocok telur, sejak SMA saya sudah bisa membuat kue sendiri. Ada kastengels, kue havermut kacang mede, dan kue cornflake kesukaan kami. Saat saya membuat kue, mama biasanya sibuk di dapur memasak rendang, opor ayam, dan sayur kentang yang rasanya luar biasa. Kali ini mama memilih membuat kue bersama teman-teman kantornya. “Di kantor ada oven besar” ujarnya.

Saya juga kangen Bapak. Kangen dengan keributannya saat membuat ketupat. Bapaklah yang selalu kebagian tugas membuat ketupat. Ia memilih memasak ketupat di atas tungku tradisional, dengan dua batu besar dan kayu bakar, daripada matang di atas kompor gas. “Rasanya beda,” . Aku, bapak, dan adik biasanya mengisi ketupat dengan beras yang sudah diberi air kapur, kadang isinya terlalu banyak sehingga ketupat keras, kadang terlalu sedikit sehingga teksturnya lembek.

Aku juga rindu adik. Adik perempuanku satu-satunya, yang selalu membuat suasana ramai dengan humor-humor segarnya. Yang bisa membuat bapak kembali tersenyum saat marah, yang dipercaya mama untuk mencicipi berbagai masakannya.

Saya rimdu semua. Rindu dengan momen sungkeman, melihat bapak dan mama biasanya berpelukan begitu lama sambil saling menangis. Rindu berangkat sholat ied bersama saat pagi menjelang. Rindu bertakbir, rindu ramainya para tetangga.

Setiap keluarga memiliki ritualnya sendiri. Setiap orang meninggalkan rasa rindu yang berbeda, yang begitu terasa saat semua tidak ada. Lebaran kali ini memang sarat rindu dan menjadi bahan perenungan bagi saya, untuk lebih sering pulang, dan lebih sering mengungkap sayang. .

No comments: